Minggu, 29 Januari 2012

(Tidak) Selalu Ada Pelangi setelah Hujan


Semua orang tanpa kecuali mempunyai masalah, baik itu besar maupun kecil.
Dari anak kecil (bayi sekalipun) sampai orang tua punya masalah. Hanya saja, kadar kesadaran terhadap masalah itu berbeda-beda.
Kalau bayi tentu belum tahu kalau dia sedang dalam masalah (atau mungkin sudut pandang saya yang menilainya demikian).
Lain bayi, lain pula saya. Saya mempunyai masalah, setiap hari bahkan.
Tak jarang saya sudah panik sebelum tahu benar apa masalah itu sebenarnya bagi saya.
Akibatnya, saya sering mengeluh, tidak bersyukur dan bahkan menyalahkan Tuhan atas masalah yang menimpa dalam diri saya.
Egois memang, tapi saya rasa bukan saya saja yang merasakan.

Ada beberapa artikel menarik yang sudah saya baca, dan sedikit demi sedikit mengubah pandangan saya tentang suatu masalah.
Diantaranya kisah cangkir cantik yang dipajang di toko. Cangkir itu sedemikian cantiknya hingga banyak mata mengincar dan ingin membelinya. Tapi, jika lihat lebih dalam, cangkir itu berasal dari tanah liat yang coklat dan  tidak menarik untuk dibeli. Tanah liat itu kemudian dipukul bertubi tubi supaya semakin liat, dibentuk melalui sayatan dan tarikan tangan manusia. Tak hanya itu, cangkir itu dibakar beberapa kali agar hasilnya maksimal. Sang pembuat cangkir tak memperdulikan jeritan tangis si cangkir, yang ia mau hanya ingin melihat hasil karyanya. Si cangkir bersedih hati. Tapi ketika si pembuat cangkir mewarnai badannya, senyuman mulai menghiasi wajahnya. Si cangkir kini gembira karena ia sudah menjadi cangkir pajangan nan cantik.

Kisah ini sama dengan keadaan diri kita. Kita sering mengeluh dan ingin meninggalkan keadaan susah yang kita hadapi karena kita menganggap itu siksaan. Tapi kita akan sadar, di masa depan, bahwa peristiwa-peristiwa yang sudah kita lalui merupakan proses pembelajaran yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Tekun dalam berdoa dan juga berusaha hingga semua hal baik dapat kita sadari.
Saat kita sedang tertimpa masalah, kita sering menganggap bahwa Tuhan meninggalkan kita dan merasa sendiri. Cerita tentang jejak kaki di pasir, mengumpamakan bahwa kita seolah berjalan sendiri karena hanya ada jejak 1 orang di pasir. Padahal, itulah jejak Tuhan yang sedang menggendong kita melalui krikil kehidupan. Tuhan tidak pernah meninggalkan anakNya seorang diri.
Dan, selalu ada pelangi setelah hujan walau kadang tak tampak, tapi bisa dirasakan.

Hidup itu indah.
Hidup itu anugerah.
Semuanya sudah diatur.
Percaya bahwa kita sudah menerimanya,
maka akan diberikan kepada kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar